Studi dan penelitian tentang kecerdasan dalam psikologi modern pada dasarnya termotivasi untuk memenuhi keperluan-keperluan praktis yang terkait dengan dunia pendidikan/pekerjaan/kehidupan sehari-hari; yakni untuk memahami, mengukur, mengklasifikasi, mengelola serta memanfaatkan aspek-aspek kecerdasan individu dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam konteks ini, kecerdasan dimaknai–sama seperti maknanya dalam bahasa sehari-hari–sebagai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis (problem-solving capacity).
Seperti yang telah dapat kita terka, dalam perkembangannya kemudian pemaknaan ini terpaksa harus diperluas untuk dapat diletakkan dalam konteks yang lebih fundamental, karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognisi tak terpisahkan dari aktivitas pikiran/kesadaran manusia secara utuh dan hubungannya dengan aspek-aspek kedirian manusia seutuhnya yang belum terjamah, serta interaksinya dengan lingkungan di sekelilingnya. Hanya melalui konteks yang lebih substansial dan integral inilah kita boleh berharap untuk mendekati fenomena kecerdasan (sekaligus juga pikiran/aktivitas kesadaran) secara lebih komprehensif.
Dalam konteks yang lebih fundamental dan ekstensif ini, pada akhirnya secara tak terelakkan kita berhadapan dengan isu-isu dan pertanyaan-pertanyaan fundamental yang saling terkait erat: Apakah kecerdasan itu? Bagaimana ia bekerja? Bagaimana kita dapat memahami sesuatu? Objek atau proses apa yang terlibat pada saat kita berpikir? Bagaimana bisa kita berkesadaran? Kapan kesadaran muncul? Apa fungsinya? Apa peran kesadaran dalam eksistensi manusia yang masih sangat baru ini? Apa kaitannya dengan lingkungan? Bagaimana hubungan antara kesadaran dengan alam semesta? Di manakah batas-batas aspek kedirian manusia itu? Bisakah selain manusia berpikir dan berkesadaran? Dari mana kesadaran berasal?
Isu dan pertanyaan yang selalu aktual dan penting ini telah menjadi sumber khazanah berbagai ikhtiar umat manusia yang termanifestasi dalam berbagai bidang kajian/penyelidikan yang saling terkait erat satu sama lain dan tak terpisahkan hanya terbedakan melalui abstraksi formal–mulai dari filsafat, psikologi, antropologi, cognitive science, linguistik, dan sosiologi.
Intelligence Quotient (IQ)
IQ merupakan kependekan dariIntelligence Quotient yang artinya ukuran kemampuan intelektual, analitis
(kemampuan menganalisa), logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, IQ
berkaitan pada keterampilan berbicara, kesadaran akan sesuatu di sekelilingnya
dan penguasaan matematika.
Salah satu contoh sederhananya
ialah apabila langit mendung, maka hari akan hujan.
Atau, papa mempercayai kita untuk
meletakkan televisi di dalam kamar, namun ia melarang kita menonton televisi
lewat dari jam 9 malam. Apa yang terjadi bila kita melanggarnya? Papa akan
memarahi kita dan menarik fasilitas (televisi) tersebut.
Emotional Quotient (EQ)
EQ adalah kemampuan berkomunikasiseseorang dalam dua dimensi, yaitu arah ke dalam (personal) dan arah ke luar
(interpersonal).
Personal ialah komunikasi yang
dilakukan seseorang pada dirinya sendiri. Hal ini berguna untuk menumbuhkan
kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), menghargai
diri sendiri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery).
Contohnya ketika kita
mengharapkan papa membelikan handphone tetapi papa tidak mengabulkannya. Pada
masalah ini EQ personal kita bermain, seberapa besar kesadaran diri tentang
manfaat handphone terhadap kita.
Kemudian ketika kita menyadari
bahwa manfaatnya sangat kecil, kita mulai menerima keputusan papa tersebut.
Dengan menerima hal itu pula, kita tidak akan merasa sebagai orang yang
menyedihkan meskipun teman-teman kita memiliki handphone.
Sementara interpersonal adalah
kemampuan memahami, menerima, mempercayai, dan mempengaruhi orang lain. Salah
satu contoh adalah ketika kamu meminta saran dari teman dekatmu, temanmu itu
akan memberikan tanggapannya. Tanggapannya itulah yang perlu kamu pahami dan
terima dengan baik.
Spiritual Quotient (SQ)
SQ adalah kemampuan seseoranguntuk dapat memahami arti hidup. Hal ini menyangkut hubunganmu dengan Tuhan,
Sobat Orbit.
Adversitas Quotient (AQ)
AQ adalah kemampuan seseorangsaat menghadapi segala kesulitan. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan
menghadapi kesulitan tersebut, sebagian orang lainnya mudah takluk dan
menyerah.
Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
ESQ merupakan sebuah singkatandari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu
Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Definisi,
Emosional Spiritual Quotient (ESQ) Model adalah Model Kemampuan seseorang untuk
memberi Makna Spiritual terhadap Pemikiran, Prilaku/Ahlak dan Kegiatan, serta
Mampu Menyinergikan IQ (Intelegent Quotient) yang terdiri dari IQ
Logika/Berpikir dan IQ Financial / Kecerdasan memenuhi kebutuhan
hidupnya/keuangan, EQ (Emosional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) secara komprehensif.
Manfaat yang bisa di dapat adalah
tercapai nya keseimabangan antara hubungan Horizontal (manusia dengan manusia)
dan Vertikal (manusia dan Tuhan). ESQ juga dapat membuat kita lebih percaya
diri dalam melakukan suatu tindakan.